Wednesday, August 30, 2017

Kehidupan Agama Kerajaan Mataram Kuno

Kehidupan Agama Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Medang periode jawa tengah atau dikenal dengan kerajaan Mataram kuno ,sebuah kerajaan bercorak hindu-budha yang dibangun wilayah Prambanan, Yogyakarta pada abad ke 8 atau tahun 732 M berdasarkan prasasti Canggal terletak digunung Ukir,Salam,Kab Magelang.Kerajaan Medang periode jawa tengah kemudian di kenal kerajaan Mataram kuno merujuk pada ibukota kerajaan ini yakni bumi Mataram sementara dinamakan Mataram kuno untuk membedakan dengan kerajaan Mataram Islam yang berdiri abad ke 16.
Roda pemerintahan kerajaan Mataram kuno dikendalikan oleh 2 wangsa atau dinasti yang berbeda agama yakni wangsa Sanjaya didirikan ratu Sang Sanjaya beragama hindu Siwa serta wangsa Sailendra mulai berkuasa dikerajaan Mataram kuno sejak masa pemerintahan Rakai Panangkaran beragama budha Mahayana.Kedua agama ini dimasa kerajaan mataram kuno silih berganti menjadi agama resmi seiring pergantian raja yang diisi oleh raja-raja keturunan Wangsa Sanjaya maupun wangsa Sailendra di abad 8.
Awal pemerintahan mataram kuno kedua wangsa :sanjaya maupun sailendra mengakui agama Budha Mahayana sebagai agama resmi,namun entah bagaimana persoalannya sejak Rakai Panangkaran yang diduga keturunan wangsa sanjaya serta wangsa Sailendra berpindah agama dari hindu siwa ke budha mahayana sekaligus agama budha Mahayana sebagai agama resmi kerajaan Mataram kuno.
Sejak itulah masyarakat mataram kuno sebagian beragama budha mahayana dan sebagaian lagi beragama hindu siwa sepeninggal rakai Panangkaran yang kemudian berkembang menjadi persaingan politik yang membagi dinasti kerajaan Mataram kuno juga terbagi 2 wilayah kekuasaan kerajaan Mataram yakni mataram budha dikuasai wangsa sailendra dimula sejak pemerintahan salah satunya raja indra menempati bagian selatan jawa tengah selanjutnya mataram hindu dikuasai wangsa Sanjaya mulai dari rakai mataram ratu sanjaya,rakai pikatan,rakai garung,rakai warak dan rakai dyah balitung menempati jawa tengah wilayah bagian utara Jawa tengah.
 Persaingan ketat sering terjadi keduanya seakan berlomba mendirikan beragam bangunan candi bercorak hindu prambanan misalnya yang dibangun masa rakai Pikatan kemudian candi bercorak budha misalnya candi borobudur dibangun masa rakai warak atau Samaratungga.Walaupun candi-candi dibangun oleh kedua wangsa atau dinasti kerajaan Mataram kuno sebagai upaya menunjukkan legimitasi kekuasaan ,tetapi tidak sepenuhnya raja-raja kedua dinasti memiliki ambisi besar merebut tahta kerajaan sebagai raja Mataram kuno. Ada sejumlah raja mataram kuno yang memfokuskan dalam bidang agama seperti rakai warak atau Samaratungga yang membangun candi Borobudur sebagai upaya agar masyarakat Mataram kuno makin dekat dengan agamanya serta rakai garung membangun komplek candi dieng,candi gedung sewu sebagai tempat ibadah .Perbedaan keyakinan maupun karakter antar kedua wangsa membuat persaingan politik kian ketat tetapi kejadian ini tidak berlangsung lama setelah Samaratungga mengadakan perkawinan politik antara rakai pikatan/wangsa sanjaya dengan pramodyawhardani /wangsa sailendra.Pasca perkawinan rakai pikatan dengan pramodyawardhani kehidupan agama masyarakat Mataram kuno dalam praktik keagamaan terdiri atas agama hindu dan budha makin harmonis,tetap hidup rukun dan saling bertoleransi
.Sikap kerukunan serta toleransi beragama dikalangan masxarakat Mataram kuno dibuktikan ketika mereka kerjasama serta gotong royong dalam membangun candi Borobudur bangunan suci bercorak budha Mahayana.Dampak lain perkawinan politik rakai pikatan dengan Pramodyawardhani tumbuhnya rasa gotong royong yang telah mendarah daging dalam masyarakat Mataram kuno kala itu hingga sekarang.Kini candi-candi peninggalan mataram kuno :candi borobudur,prambanan,mendut,komplek candi dieng ,candi gedung songo dan puluhan candi bercorak hindu maupun budha masih berdiri megah dikawasan jawa tengah ,Yogyakarta yang umumnya dimanfaatkan sebagai tempat ibdah sekaligus tempat wisata sejarah .Sementara kerukunan,toleransi antar masyarakat hindu maupun budha sampai kini tetap terjaga dengan baik dan menjadi adat isiadat ataupun budaya masyarat Indonesia 

Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja-raja yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah
a.       Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
b.      Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
c.       Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah


·         Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
·         Guru Swadaya, Tuhan
·         Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
·         Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

d.      Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
e.       Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.
f.       Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
g.      Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
h.      Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah  Tri Parama Arta
i.        Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
j.        Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
k.      Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun   809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana

l.        Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.


Kehidupan Sosial
Kehidupa sosial masyarakat di kerajaan Mataram Kuno sudah teratur. Terlihat dari sikap gotong oyong mereka saat membuat candi bersama. Sikap toleran diantara masyarakat sangat baik. Terbukti dengan adanya dua aliran kepercayaan yang berbeda tetapi mereka tetap bisa bersosialisasi.
Perekonomian kerajaan Mataram Kuno saat itu bertumpu pada sektor pertanian karena letaknya yang cukup disebut sebagai pedalaman dan memiliki tanah yang subur. Berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur.
















kesimpulan

Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan Hindu-Budha yang ada di Jawa Tengah. Kerajaan yang beribu kota di Medang Kamulan ini berdiri pada abad ke-8 M. Kerajaan Mataram Kuno terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah berkuasa, yakni Wangsa Sanjaya, Syailendra, dan Isana. Wangsa Sanjaya sendiri pemeluk agama Hindu beraliran Syiwa, Syailendra pengikut Budha, dan Isana wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sendok.

No comments:

Post a Comment

DAFTAR PUSTAKA KARYA ILMIAH PRAKTEK AKHIR ALDI KENEDI - BALOON GARJO

DAFTAR PUSTAKA Amri dan Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei Secara Intensif, Semi  Intensif, dan Tradisional. Gramedia Pustaka. Jakarta A...